Nafsu Syahwat itu, apabila mengeras dan tidak dapat disanggah oleh kekuatan taqwa, niscaya dapat menghela kepada perbuatan keji. Dan kepadanyalah, ditunjukkan oleh Nabi saw. Dengan sabdanya dari Allah ta’ala :
Artinya : “kalau tidak engkau perbuat pula begitu, niscaya fitnah dibumi dan kerusakan besar” Al anfal 73.
Dan kalau dapat dipukul dengan pukulan ke-taqwa-an, maka kesudahannya, dapatlah mencegah anggota-anggota badan daripada memperkenankan ajakan nafsu-syahwat itu. Lalu terpicinglah mata dan terpeliharalah kemaluan.
…tetapi sentiasalah nafsu itu menarik dan membisikkan kepadanya dengan berbagai keadaan bersetubuh. Dan tidak jemu-jemulah setan pengganggu itu dalam sebahagian besar waktunya.
Kadang-kadang yang demikian itu datang kepadanya dalam shalat. Sehingga terguris dihatinya dari hal keadaan bersetubuh itu, sesuatu gurisan, kalaulah kiranya diterangkannya dihadapan orang yang paling hina sekalipun, niscaya ia akan malu. Dan Allah ta’ala melihat kepada hatinya. Dan hati itu terhadap Allah, adalah seperti lisan terhadap makhluk. Dan pokok segala pekerjaan bagi seseorang yang berkehendak menjalani jalan akhirat, ialah hatinya. Dan rajin berpuasa itu, tidaklah menghilangkan benda gangguan pada kebanyakan orang. Kecuali ditambahkan kepadanya kelemahan badan dan kerusakan pada sifatnya.
Karena itulah Ibnu Abbas ra. Berkata : “tidak sempurnalah ibadah orang yang melakukan hajji, kecuali dengan kawin.”
Ini adalah percobaan umum, sedikitlah orang yang terlepas daripadanya dan Qatadah berkata tentang arti firman Allah ta’ala :
Artinya : “ janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak bias kami pikul.” S. Al baqarah ayat 286, yaitu : kerasnya nafsu syahwat.
Dari Akramah dan Mujahid, yang mana keduanya mengatakan, tentang arti firman Allah ta’ala :
Artinya : “ dan manusia itu dijadikan bersifat lemah” S. An nisa’ ayat 28, ialah bahwa manusia itu tidak sabar terhadap perempuan.
Berkata Fayyadl bin Nujaih: “ Apabila bangunlah kemaluan lelaki, niscaya hilanglah duapertiga akalnya”. Setengah mereka mengatakan : “hilanglah sepertiga agamanya”.
Dan pada penafsiran yang tidak begitu sering terdengar (nawadiru’t-tafsir) dari ibnu Abbas ra. Tentang firman Allah ta’ala :
Artinya : “Dan dari kegelapan(malam) ketika ia datang” s. al falaq ayat 3, yaitu kata ibnu Abbas : bangunnya kemaluan lelaki. Ini adalah bahaya yang sering terjadi, apabila menggelagak, yang tidak dapat dilawan oleh akal pikiran dan agama. Dan nafsu syahwat itu, sedang dia adalah lebih baik, untuk pendorong kepada kehidupan-dunia dan akhirat- …maka nafsu syahwat itu, adalah yang terkuat alat setan terhadap anak adam. Dan kepadanyalah diisyaratkan oleh Nabi saw. Dengan sabdanya : “tidaklah aku melihat dari wanita-wanita yang kurang akal dan agama, yang lebih mempengaruhi orang-orang yang berakal pikiran, daripada engkau sekalian”(HR Muslim)
Dan itu sesungguhnya, adalah karena bergeloranya nafsu-syahwat. Dan Nabi saw. Mengucapkan do’anya:
Artinya : :Wahai Allah Tuhanku! Sesungguhnya aku berlindung dengan Engkau dari kejahatan pendengaranku, penglihatanku, hatiku dan kejahatan maniku!” dan beliau mendo’a :
Artinya : “Aku bermohon padaMu, kiranya Engkau mensucikan hatiku dan memeliharakan farajku(kemaluanku)”.
Maka apa yang dimohonkan perlindungan oleh Rasulullah saw. Daripadanya, lalu bagaimanakah boleh dipandang enteng(mudah) oleh orang lain?
*jauhilah zina, dan setiap perkara yang mendekatkan kepada zina maka jauhilah seperti “couple” yang telah diharamkan oleh ulama-ulama, berdua-duaan, dan banyak lagi. Adakah diri kita lebih hebat iman kita dari Nabi saw. Sendiri yang berdoa untuk dijauhkan?fikir-fikirkanlah…
*Nota kaki saya
Rujukan : Terjemahan Ihya Ulumiddin – Imam Al-Ghazali
No comments:
Post a Comment